1. Pengetian
etika menurut para ahli
Mustafa
Pengertia etika menurut Mustafa sebagai ilmu yang
menyelidiki terhadap perilaku mana yang baik dan yang buruk dan juga dengan
memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui oleh akal
pikiran.
Ahmad Amin
Menurut Ahmad Amin etika merupakan suatu ilmu
yang menjelaskan tentang arti baik dan buruk serta apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah tujuan yang harus dicapai
manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk melakukan apa yang
seharusnya didilakukan oleh manusia.
Aristoteles
Berdasarkan pandangan Aristoteles etika kedalam
dua pengertian yakni:
Terminius Technicus & Manner and Custom.
Terminius Technicus ialah etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
Manner and custom ialah suatu pembahasan etika
yang terkait dengan tata cara & adat kebiasaan yang melekat dalam kodrat
manusia (in herent in human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik &
buruk” suatu perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
Bertens
Pengertian Etika Bertens merupakan nilai dan
norma moral yang menjadi acuan bagi manusia secara individu maupun kelompok
dalam mengatur segala tingkah lakunya.
Drs. H. Burhanudin Salam
Pengertian etika Drs. H. Burhanudin Salam ialah
suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang
dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.
James J. Spillane SJ
Etika menurut James J. Spillane SJ adalah
mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambi suatu
keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan
akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya
serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
Hamzah Yakub
Hamzah Yakub memandang etika sebagai adalah
menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk.
Martin
Definisi etika menurut Martin suatu disiplin ilmu
yang berperan sebagai acuan atau pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku
manusia.
Maryani dan Ludigdo
Maryani dan Ludigdo mengartikan etika sebagai
seperangkat norma, aturan atau pedoman yang mengatur segala perilaku manusia,
baik yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok masyarakat atau segolongan masyarakat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pengertian etika adalah ilmu tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan
kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak; nilai
mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat.
2.
Prinsip-prinsip
etika
1) Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang
mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini,
manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang
indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya
sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
2) Prinsip PersamaanSetiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3) Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
4) Prinsip Keadilan
kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
5)
Prinsip Kebebasan
sebagai
keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan
pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap
manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri
sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu,
setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak
melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan
individu disini diartikan sebagai:
- kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
- kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya tersebut.
- kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
·
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika
keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus
dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh
individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu
kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.
Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.
Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.
3. Perkembangan etika bisnis
- Situasi Dahulu
Pada awal
sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur. Dalam
filsafat dan teologi Abad pertengahan pembahasan ini dilanjutkan, dalam kalangan
Kristen maupun Islam, Topik-topik moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak
luput pula dari perhatian filsafat (dan teologi) di zaman modern. Dengan
membatasi diri pada situasi di Amerika Serikat selama paro pertama abad ke-20,
De George melukiskan bagaimana di perguruan tinggi masalah moral di sekitar
ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi.
Pada waktu
itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana masiswamempelajari masalah
– masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Pembahasannyatentu berbeda, sejauh
mata kuliah ini diberikan dalam kalangan katolik atau protestan.Dengan demikian
di Amerika Serikat selama paro pertama pada abad ke-20 etikadalam
bisnis terutama dipraktekan
dalam konteks agama dan teologi.
Danpendekatanini masih berlangsung terus sampai hari ini, di Amerika Serikat
maupun ditempat lain.
- Tahun 1960-an
Dalam
tahun 1960-an terjadi
perkembangan baru yang dilihat
sebagaipersiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya.
Dasawarsa1960-an ini di Amerika Serikat
(dan dunia barat pada umumnya)
ditandai olehpemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi
mahasiswa (mulai di ibukotaPrancis bulan Mei 1968). Suasana tidak tenang ini
diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh kaum muda
dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak puas ini
mengakibatkan demonstrasi – demonstrasi paling besar dirasakan di Amerika
serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata mereka terjadi
antara militer dan industri. Industri dinilai terutama melayani kepentingan
militer. Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran akan masalah
ekologis dan terutama industri di anggap sebagai penyebab masalah lingkungan hidup
itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun dan sampah nuklir.
Dunia
pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda – beda. Salah satu reaksi
paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada social issues
dalam kuliah tentang manajemen.
Beberapa sekolah bisnis mulai
dengan mencamtumkan mata kuliah
baru di kurikulumnya yang
biasanya dibesi nama Business and Society.
Kuliah ini diberikan oleh Doden – Dosen manajeman dan mereka menyusun buku –
buku pegangan dan publikasi lain untuk menunjang matakuliah
itu. Pendekatan ini diadakan
dari segi manajemen ,
dengan sebagaian melibatkan juga
hukum dan sosiologi, tetapi
teori etika filosofis disini
belum dimanfaatkan.
- Tahun 1970-an
Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan
akademis dengan identitas sendiri mulai terbentuk di Amerika Serikat tahun
1970-an. Jika sebelumnya etika hanya membicarakan aspek – aspek moral dari
bisnis di samping banyak pokok pembicaraan moral
lainya (etika dalam hubungan
dengan bisnis), kini mulai berkembang etika
dalam arti sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan pada
tahap ilmiah (teologi) membicarakan masalah – masalah moral dari bisnis, pada
tahun 1970-an para filsuf memasuki wilayah penelitian ini dalam waktu
singkat menjadi kelompok yang
paling dominan. Sebagaian
sukses usaha itu, kemudian
beberapa filsuf memberanikan
diri untuk terjun kedalam
etika bisnis sebagai sebuah cabang etika terapan lainnya. Faktor
kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang study yang serius
adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika pada awal tahun.
1970-an krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat
lagi oleh krisis moral lebih umum yang melanda seluruh masyarakat Amerika pada
waktu itu. Melatarbelakangi krisis moral yang umum itu , dunia bisnis amerika
tertimpa oleh kerisis moral yang khusus . Sebagaian sebagai reaksi atas
terjadinya peristiwa – peristiwa tidak etis ini pada awal tahun 1970-an dalam
kalangan pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan refleksi etika di bidang
bisnis. Salah satu usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai mata
kuliah dalam kurikulum ini ternyata berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya
etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum sekolah bisnis banyak
menyumbang kapada perkembangannya ke arah bidang ilmiah yang memiliki identitas
sendiri.
Terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika
bisnis pada tahun 1970-an yaitu:
- Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis.
- Terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
- Tahun 1980-an
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira – kira sepuluh tahun kemudian , mula – mula di inggris yang
secara geografis maupun kultural paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi
tidak lama kemudian juga negara– negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak
fakultas ekonomi atau sekolah bisnisdi Eropa mencantumkan mata kuliah etika
bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kuliah pilihan ataupun wajib di tempuh.
Sepuluh tahun kemudian sudah terdapat dua belas profesor etika bisnis pertama
di universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European Business
Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademisi dari
universitas serta seklah bisnis
, para pengusaha dan wakil –wakil organisasi nasional dan
internasional seperti misalnya serikat buruh).
Konferensi EBEN yang pertama
berlangsung di Brussel (1987). Konferensi
kedua di Barcelona (1989) dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano
(1990), London (1991), Paris (1992), Sanvika , Noerwegia (1993), St.
GallenSwis (1994), Breukelen ,
Belanda (1995), Frankfurt
(1996). Sebagaian bahan konferensi – konferensi itu
telah diterbitkan dalam bentuk buku.
- Tahun 1990-an
Dalam dekade 1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis
tidak terbatas lagi pada dunia barat. Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan
dan dikembangkan di seluruh dunia, kita mendengar tentang kehadiran etika
bisnis amerika latin, eropa timur, apalagi sejak runtuhnya komunisme disana
sebagai sistem politik dan ekonomi. Tidak mengherankan bila etika bisnis
mendapat perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang paling kuat di
luar dunia barat. Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah
telah didirikannya international society for business management economis
and ethics (ISBEE).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain adalah:
- Pengendalian diri
- Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
- Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
- Menciptakan persaingan yang sehat
- Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
- Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
- Mampu menyatakan yang benar itu benar
- Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
- Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
- Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
4.
Pengertian ethical governance
Ethical Governance ( Etika Pemerintahan ) adalah
Ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai
keutamaan yang berhubungan dengan hakikat manusia. Dalam Ethical Governance (
Etika Pemerintahan ) terdapat juga masalah kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat,
aparatur, struktur dan lembaganya. Kesusilaan adalah peraturan hidup yang
berasal dari suara hati manusia. Suara hati manusia menentukan perbuatan mana
yang baik dan mana yang buruk, tergantung pada kepribadian atau jati diri
masing-masing. Manusia berbuat baik atau berbuat buruk karena bisikan suara
hatinya ( consience of man ).
Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan
memerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di
suaru negara dalam mencapai tujuan negara. Sedangkan dalam arti sempit :
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif
beserta jajarannya dalam mencapai tujuan negara.
Menurut Offe, Pemerintahan
adalah hasil dari tindakan administratif dalam berbagai bidang, bukan hanya hasil
dari pelaksanaan tugas pemerintah dalam melaksanakan undang-undang melainkan
hasil dari kegiatan bersama antara lembaga pemerintahan dengan klien masing-masing.
Referensi :
https://zehanwidiastuti.wordpress.com/2015/10/27/perkembangan-dalam-etika-bisnis/
https://widyasagala.wordpress.com/2016/12/28/ethical-governance-adalah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar